GRATIS Panduan ECourse Cara Membuat Landing Page 2023 bersama Agungnesia Klik Disini

Skema Export Import dan Perang Dagang

Mendegar  istilah perang dagang seakan menjadi suatu pembahasan ekonomi yang tinggi. Bahkan bisa saja kita merasa takut. Bukan takut tentang perangnya, tetapi takut pada istilahnya. Takut apa? iya itu takut gak mudeng apa pembahasanya. Apalagi kalau bukan dari latar bekalang ekonomi, kayaknya udah gak jankau banget dech. 


Tunggu dulu, ternyata bekal kita sekolah dulu dibangku SMP tentang ekonomi sudah lebih dari cukup untuk memahami apa itu perang dagang. Apalagi soal ekspor impor tentu sudah sangat familiar. Nah ternyata hanya sesederhana itulah skema ekspor impor impor dan perang dangang. Hanya soal jual beli antar dua negara atau lebih dan yang punya kebijakan soal ekspor impor adalah negara. Jadi kalau dulu kita mengibaratkan yang melakukan ekspor dan impor adalah kita, tetapi kalau yang ini dikatakan yang melakukan ekspor impor itu pihak negara. 

Pengertitan ekspor dan impor seringkali terbalik. Terlebih memang dalam pemakainya sering dibolak bailkan. Jadi kalau gak betul memahami susunan kalimat utuhnya bingung tu, kita ini impor apa expor ya. Lebih mudahnya, kita langsung umpamakan dengan jual beli dech. Expor artinya mengirim barang keluar negeri, artinya perusahaan A di dalam negeri menjual barang tertentu ke perusahaan B diluar negeri. Lalu kalau impor itu artinya perusahaan A membeli barang tertentu dari perusahaan B luar negeri. Sama halnya orang jualan lah, tetapi antar negera kalau export berarti menjual kalau impor berarti membeli. Udah gitu saja sederhananya. 

Memang barang apa yang laku di export import. Ternyata tidak seprestise yang dibayangkan sobat. Barang yang di export dan import itu tidak lebih dari kebutuhan sehari - sehari saja. Kok bisa saja apa yang kita pakai hari ini adalah produk import. Katakan kertas, buku, bolpoin, buah, kedelai, bahkan garam pun bisa saja di import. Ya cuma gitu - gitu saja. Padahal disini juga banyak mah gituan. Memang tidak hanya barang kebutuhan sehari - hari juga sih, ada komoditas export import yang tidak terjangkau secara pemikiran maupun capital dari orang awam. Misalkan saja mineral, bahan baku pesawat, senjata, smartphone, mobil, rel kereta, dan lain sebagianya. Kita tahukan bahwaperang adalah bisnis triliunan dolar. Kalau bisa main disitu, kaya tujuh turunan dech udah. Jadi sebenarnya exprort import itu terjadi ketika ada demand dan suplay. Kalau kita butuh ya import saja, kalau negera lain butuh kita export saja. 

Ya kalau awamnya. Kalau kita bisa buat sendiri kenapa harus import. Nah itulah masalahnya. Diluar demand dan suplay tentu ada perang harga bukan. "Kalau ada yang lebih murah kenapa tidak". Setidaknya itulah yang terlontar kalau sudah ngomongin barang - barang ringan di kantong dari Tiongkok. Plus para pelaku kepentingan pun juga mau ambil besarkan. Kalau produk dalam negeri sih, ya bisa lah di nomer duakan. Terus "cintalha produk - produk dalam negeri" sebagai tagline legendaris mau taruh dimana ya?

Hari ini export import sudah menjadi candu. Semua negara ingin barangnya laku. Semua negara terus berproduksi dan tentu gak mau kan mereka punya surplus barang. Indonesia misal, punya bahan mentah yang banyak dan siap export, lalu siapa nhi yang mau menerima kalau gak di export? "ya kecuali bisa tu ada adding value bahkan jadi produk jadi  di dalam negeri". Terus si negara B juga sudah produksi besar - besaran dan gak mau juga barangnya karatan. Maka terjadilah kerjasama bilateral antara dua negara atau lebih dengan skema export dan import. 

Dari sinilah perang dagang dimulai. Apabalia kerjasama antara dua negara A dan B sudah berjalan dengan baik, tetapi karena satu dan lain hal maka bisa saja pihak negara A sebagai pihak yang menerima import tidak menaikan bea cukai yang sangat tinggi dari produk import dari negara B. Begitu juga sebaliknya, pihak B juga menaikan bea cukai terhadap export dari negara A. Kebijakan antar dua negara inilah yang disebut perang dagang. Yaitu perang kebijakan.

Bukan lagi soal genjatan sejata, tetapi tank - tank hari ini adalah kebijakan - kebijakan yang berkaitan bagaimana laju export dan impor itu bisa berjalan. Tarik ulur antara kedua negara menjadi kunci agar terpenuhinya kembali kebutuhan barang antar keduanya. Dapat dikatakan negara memiliki peran yang sangat penting dalam urusan deman dan suplay yang dilakukan oleh perusahaan export dan import. Persuahaan yang jual dan beli tersebut hanya lah pelaku, sedangkan yang punya kuasa tarif ya negaranya. 

Tafir bea yang sangat tinggi tentu akan sangat berpengaruh pada kenaikan barang, bisa saja perusahaan baik yang jual dan yang beli tidak untung. Karena tidak untung maka tidak ada barang yang dikirim maupun diterima. Al hasil pemenuhan kebutuhan negara tidak terckupi dan pendapatan negara dari sektor ekspor impor pun mengalami difisit. Apalagi kalau memang kebijakanya adalah embargo. Berhenti sudah siklus dangang untuk komditas yang mendapatkan kebijakan tersebut. 

Barang dangang biasa terjadi, konfik antar kedua negara menjadi pemicunya. Bisa saja kerna isu politik, isu kerjasama, intervensi, dan lain sebagainya. Negara yang kuat adalah negara yang mau menghargai karya anak bangsa, bukan semata - mata mengeruk dolar dari asing dan aseng dengan memarginalkan produk lokal. Ayam mati di lumbung padi bukan lah mitos. Sudah kah kita mampu melihatnya?
Agungnesia Agungnesia, seorang blogger yang fast respon melayani pembuatan artikel SEO dan pembuatan website di agungnesia.com

Posting Komentar untuk "Skema Export Import dan Perang Dagang"