Kenapa akhir - akhir ini isu toleransi semakan menjadi isu yang crusial. Banyak pihak yang mengembor - gemborkan isu ini. Bahkan tidak sedikit kaum abangan yang ikut - ikutan bahkan malakukan aksi fisik demi kata "toleransi". Igat hidup itu jangan hanya mengikuti kata orang. Gak usah ikut- ikutan, akui saja sebenarnya kita hanya mengekor budaya barat yang sebenarnya tidak ada dalam budaya kita.
Saya jadi ingat masak iya kita rela mati demi hanya disebut "sebagai negara demokrasi terbesar didunia".
Toleransi hari ini lebih pada penyudutan satu agama. Saya rasa bukan penyelerasan tapi, tetapi semacam pengkultusan yang menjatuhnya dianya. Gini logikanya kata "orang paling melanggar hukum adalah orang yang tahu hukum". Maka logika itu bisa jadi semacam semiotic yang terbungkus tapi begitu tajam.
Gemboran tolreansi hari ini sangat basi. Sudah sejak dulu kita bertoleransi, bahkan sejak pertama kali agama Islam hadir di nusantara, tidak ada tu penumpahan darah. Ingat kan cerita Walisongo yang mengakulutrasi budaya hindu budha dengan Islam. Dari sejak pertama kali diperkenalkan saja sudah dengan damai, masak iya hari cinta kasih itu hilang.
Apalagi katanya negara yang katanya demokrasi. Demokarsi berarti rakyat adalah tuan di negeri itu, bukan Tuhan. Kalau berbicara rakyat berarti atribut yang melekat padanya itu yang jadi sandaran dan itupun sudah melebur, bukan berbicara pada soal privat. Bukakah itu sudah disepakati! Kenapa masih ngomongin toleransi lagi. Itu basi.
Seakan ada suatu dogma bawah sadar yang berusaha untuk ditanamakan. Ya katakan saja dengan lantang "konspirasi". Ada kekuatan yang senagaja ditabrakan dengan people power. Akar rumput ini seakan menjadi ancaman secaman paranoid terhadap sesuatu yang sudah tertakar bagi para elit.
Posting Komentar untuk "Gemboran Toleransi itu Basi"
Terimakasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar