Beberapa bulan terakhir saya baru ngeh, kok ternyata bayar listrik kok mahal. Pada awalnya saya kira biasa saja, waktunya isi pulsa sudah lah bayar. Waktu itu karena saya pakai laptop dirumah kalau memang naik saya rasa itu wajar. Ternyata setelah saya sudah tidak dirumah, tetap saja ini listrik kok mahal terus. Walau laptop masih ada tapi kan tidak se inten dulu.
Waktu itu ada yang bilang kalau golongan listriknya R1M. Usut punya usut ternyata R1M diberlakukan untuk keluarga mampu. Syukur lah masuk keluarga mampu. Tapi kok ya sangat mengherankan notabene hanya kulkas, pompa air, lampu yang sudah di irit - iritin, dan laptop dan printer yang jarang tapi kok ini mahal banget. Isi 50 ribu kalau gak salah cuma dapat 32an KWH. Kalau sebulan itu mungkin sekitar 200ribuan habis. Padahal pengunaanya hanya sigitu - gitunya.
Ternyata kasus serupa tidak hanya terjadi di tempat saya. Yang notabene rumah salah seorang istri saya ternyata mengalami hal yang serupa. Tagihan listriknya tembus 250 ribuan. Padalah lokasinya saja di desa. Ini memang tarif dasar listriknya yang naik apa memang ganti harga.
Seaakan mencekik, masak iya listrik begitu mahalnya. Cobalah dikoscek lagi. Cek itu bener - benar. Sudah bener gak tu masuk kategori R1M, jangan - jangan hanya pakai data - data lapuk. Kasihan ni orang - orang desa yang notabene hanya menggunakan sedikit tapi tercekik listrik. Sangat tidak logis bagi saya, disatu sisi orang - orang masih berlenggang dengan tarif normal tapi disisi lain banyak dari mereka yang terperas.
Memang saya juga sempet dengar juga kalau ada yang dapat subsidi. Kalau itu oke lah, karena memagn keluarga kurang mampu. Dalih saya, coba lah kerja lebih teliti dan pastikan lagi data, bila perlu survey langsung kelapangan. Jangan hanya ambil praktisnya saja. Kayak semacam belah bambu aja. Kalau ini mah namanya tidak ada bedanya dengan orang yang membabi buta.
Sudah orang kecil, terpelintir lagi. Ibarat orang hidup nhi ya tinggal tulang dan kulit. Pajak seakan menggila. Kita sadar betul bahwa, bukan hanya soal listrik, masih ada tanah, kendaraan, makan, gaji, dan lain sebagainya kena pajak. Kalau tidak pandai - pandai seacara objektif memilah mau jadi apa ini rakyat.
Hanya berorientasi pada keuntungan, penyelengara negera bukan perusahaan yang profit oriented semata. Dia memberi fasilitas, bila perlu semua murah, bukan malah ambil sana taruh sana. Disatu sisi seolah - olah ada yang terbantu, tapi disisi lain benar - benar terkcekik.
Jadi inget meme "piye kabarE le? penak zaman ku to?". Kalau nyatanya memang demikian. Tanya kenapa.
Posting Komentar untuk "Sudah Bijakkah Segmentasi Tarif Listrik"
Terimakasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar