Kamu sering naik Prameks. Ya Prameks atau dikenal dengan KA Prambanan Ekspress ini merupakan salah satu kereta yang masih bernuansa tempoe dulu. Betapa tidak, merasa jadi bagian dari pinggirian akan terasa kental disini. Jika anda masih ingat suramnya KA Ekonomi waktu dulu. Ya temukan kembali sensainya sebelum hilang di KA Prameks.
Ditengah gencarnya modernisasi teknologi keretai api Indonesia, ternyata masih ada saja kereta yang terasa zaman old. Kalau KA Ekonomi sekarang sudah ada ACnya dan setiap orang pasti dapat jatah duduk tidak ditemukan di Prameks. KA lokal yang menghubungkan Solo, Jogja, dan Kuatorjo ini sebenarya sudah punya pembaruan. Ya sebagian dari KA ini memang sudah dimodifikasi sedemikian rupa layaknya KA Ekonomi AC, akan tetapi sebagian yang lain masih dengan konsep lamanya.
KA warna kuning waktu itu dengan kursi yang tebal dan keras serta kursi memanjang pada bagian sisi kayaknya Bus Trans. Ya mending Bus trans sih soalnya kurisnya empuk dan satu orang satu kursi. Dengan penuh ambisi calon penumpang berebut naik setelah pintu elektrik itu dibuka. Ealah tetep saja kursi sudah penuh.
Menarik sekali, kicauan yang tak bertaut saling menghibur. Ada anak kecil yang menangis, yang lain asik main smartphone untuk membunuh waktu, yang lain seakan tertangggu ketika dua orang atau lebih sedang certeria bahkan terbahak tertawa. Muda mudi pun merelakan celananya kotor dengan duduk di lantai kereta diantara riuhnya penumpang yang duduk dan berdiri. Segerombolan abege seakan asik dengan dunianya. Yang lain bersandar disamping pintu sambil menatap jendela. Ada juga lho yang sudah siap perang, sudah bawa kursi lipat yang siap dipasang saat darurat.
Ada yang mengelitik telinga saya, seorang pemuda itu duduk setelah sebelum sempat berdiri dari Staiun A. Ibu yang saya rasa sudah menjadi nenek itu hanya berkata "gak papa, si adik saja yang duduk, saya gak usah" kurang lebih begitu lah. Selang beberapa menit ada diskusi ringan antara keduanya, si ibu ini melontar sebuah keluhan tentang situasi ramainya penumpang, dia merasa ada lonjakan penumpang, dan lain sebagainya. Salah satu lontaranya "kasihan ada nenek yang berdiri" ini pun kalau gak salah dengar. Maklum nguping tanpa sengaja. Pernyataan ibu ini ia lontarkan dihadapan pemuda tadi seakan dia menceritakan orang lain. Ah beribu sayang ternyata pemuda tak beranjak. Untunglah dari tadi saya memilih berdiri.
Belum lagi kalau kita mau pesan tiket Prameks bukan pada hari itu. Terlepas dari ketertiban administrasi. Ini kan kereta lokal, dan tiketnya ya cuma kaya gitu gak se detail KA Ekonomi. Kalau mau pesan diluar go show kita harus datang dulu ke stasiun plus hari mengisi formulir dengan identitas KTP, belum lagi ngantri kaya udah di Bank itu. Ya elah kalau memang demikian kenapa gak sekalian saja ini melayani tiket online kaya yang lain. Apablagi pas ngisi formulir itu harus ngisi jadwal, nah ya kalau ada jadwal yang terpampang, kalau gak ya bolak balik nanya tu ke mbak - mbaknya. Saya rasa repot banget, harus ke stasiun, ngisi formulir detail banget plus harus bawa KTP buat ngisi NIKnya lho ya, terus ngantri. duh - duh.
Satu lagi, jadwal yang menuju Kutoarjo itu jumlahnya juga lebih sedikit, kalau gak salah cuma 3 kali sehari. Ya jadi kalau pas naik ya tentu bejubel. Kalau saja jamnya lebih padat, saya rasa jumlah penumpang tidak terlalu padat plus banyak pilhan keberangkatan yang bisa disesuaikan dengan jadwal dari rumah. Ya syukur kaya Jogja Solo gitu lah.
Posting Komentar untuk "Wajah Pramek yang Terpinggirkan"
Terimakasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar