Kerupuk Upil atau dikenal dengan krupuk Non Kolesteral adalah merupakan salah satu varian krupuk yang di goreng dengan pasir. Krupuk dengan rasa gurih ini sudah dikenal sejak lama oleh masyarkat Jawa terutama di daerah saya kabupaten Boyolali.
Asal mula nama “Kerupuk Upil” kurang begitu jelas. Menurut cerita dimasyarakat sekitar kerupuk ini diberi nama kerupuk upil karena rasanya yang asin. Nah rasa asin ini entah kenapa disamakan dengan rasa asin upil manusia. Wah terkesan jorok kan he he. “Berarti yang memberi nama ni pasti dulu sudah pernah ngicipin upil donk” (gak kuat bayanginya hi hi).
Sejarah kerupuk upil
Asal mula nama “Kerupuk Upil” kurang begitu jelas. Menurut cerita dimasyarakat sekitar kerupuk ini diberi nama kerupuk upil karena rasanya yang asin. Nah rasa asin ini entah kenapa disamakan dengan rasa asin upil manusia. Wah terkesan jorok kan he he. “Berarti yang memberi nama ni pasti dulu sudah pernah ngicipin upil donk” (gak kuat bayanginya hi hi).
Sejak kecil saya sering membeli kerupuk ini bersama teman-teman masa kecil saya. Tapi membelinya bukan dengan uang, melainkan menukarnya dengan barang-barang bekas yang kita kumpulkan. Barang-barang yang masih bisa dijual dengan nilai kiloan seperti kertas, botol, kawat dan lain-lain kita kumpulkan, lalu kita jual atau menunggu Tukang Rongsok (orang yang mengumpulkan rongsok) dan menukarnya dengan sejumlah Krupuk Upil.
Setelah beberapa tahun berlalu, sepulang saya dari perantauan, saya menemukan lagi kerupuk ini tanpa sengaja saat berkunjung ke rumah saudara saya. Tanpa pikir panjang saya langsung membeliinya, karena dari bentuknya masih teringat jelas dibenak saya dan tidak ada perubahan bentuk sama sekali.
Kerupuk berbelubang dan berbentuk panjang ini memiliki hanya memiliki dua warna yaitu pink dan kuning. Dua warna ini lah yang menjadi cirikhas dari krupuk ini selain rasanya yang asin dan gurih.
Sekarang kerupuk ini bukan lagi bernama kerupuk upil, melainkan bernama “Kerupuk Bakar” dengan tambahan keterangan “Non Kolesterol”. Dengan kemajuan dan perkemabangan zaman sekarang kerupuk ini sudah diberi label sehingga orang tahu namanya, tidak seperti tempo dulu yang hanya dibungkus dalam plastik besar dan diambilkan secukupnya untuk ditukar dengan barang kiloan.
Harga kerupuk upil
Harga kerupuk ini sangat terjangkau hanya Rp. 2.500 per bulan Mei 2015 ini. Sangat murah bukan. Kerupuk ini saya dapatkan di penjaul sayur keliling dan katanya juga masih tersedia dipasar-pasar tradisional.
Saya kurang begitu memahami asal mula kerupuk ini, akan tetapi karena saya mengenalnya sudah cukup lama saya mengkategorikan kerupuk ini sebagai warisan budaya jawa “Javanese Culinary Culture”.
Karena kerupuk ini digoreng dengan pasir maka saya lebih lapah memakanya dari pada krupuk yang digoreng dengan minyak. Bagi anda yang belum menikmati sensasi kerupuk ini wajib coba.
Setelah sebelumnya saya menjelaskan makan tradisonal Jawa Oyol –oyol, dalam artikel ini saya menamabah koleksi tulisan saya tentang Javanese Culture, karena kecintaan saya terhadap budaya warisan jawa termasuk di bidang makanan.
Posting Komentar untuk "Gurih Asin Kerupuk Upil"
Terimakasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar